Tuesday, 26 February 2008

Perayaan & Asal Usul Cap Go Meh

Perayaan & Asal Usul Cap Go Meh
(Text & Cerita: Cakrawala Meazza & JC; Foto: Lizzie, Cakrawala Meazza, Gandalf & JC)

Hello Mamak Presiden Z, KoKiers around the world....

Bagian pertama akan dijelaskan oleh Cakrawala Meazza asal usul Cap Go Meh langsung dari negeri tempat budaya ini berasal....

Sejarah Cap Go Meh

Cap Go Meh atau Yuan Xiaojie (元宵节) adalah salah satu hari raya tradisional Tiongkok yang sangat penting. Yuanxiao Jie ini di peringati pada hari pertama bulan purnama di tahun baru (lunar calendar). Dengan berlangsungnya Yuan Xiaojie, maka berakhirlah seluruh rangkaian perayaan tahun baru Imlek.


Yuan Xiaojie, berasal dari kata ‘yuan’ (元) yang artinya pertama, ‘xiao’ (宵) adalah sebutan malam oleh orang-orang jaman dulu, sedangkan ‘jie’ (节) artinya adalah hari raya atau festival. Seringkali juga disebut Shang Yuanjie (上元节).

Di masa lalu, perayaan Yuan Xiaojie ini selalu ditandai denganpemasangan lampion, makan ronde/yuanxiao (元宵), main tebak-tebakan, ke luar rumah untuk melihat bulan, dan makan bersama seluruh anggota keluarga.

Yuan Xiaojie sudah dilaksanakan di Tiongkok sejak 2000 tahun yang lalu. Ada beberapa versi seputar sejarah Yuan Xiaojie. Yang pertama yaitu pada masa
pemerintahan Raja Mingdi yang saat itu mulai tertarik dengan ajaran Buddha. Raja mendengar bahwa dalam agama Buddha setiap malam bulan purnama adalah malam
penghormatan terhadap Sang Buddha. Salah satu cara untuk menghormati Sang Buddha adalah dengan memasang lampion. Maka diapun memerintahkan setiap keluarga untuk memasang lampion di rumah masing-masing setiap malam bulan purnama.



Pada masa pemerintahan Raja Hanwen, ditetapkan bahwa pemasangan lampion cukup dilakukan di malam purnama di bulan pertama saja. Karena malam purnama pertama di tahun baru ini sebagai suatu lambing keoptimisan, menyongsong hari depan yang lebih baik.

Versi kedua, bahwa tradisi pemasangan lampion ini berasal dari Daoism, yaitu ajaran tentang ‘3 unsur utama’, yaitu malam purnama di bulan pertama merupakan bulan naik yang melambangkan unsur ketuhanan, purnama di bulan ke-7 adalah bulan pertengahan yang melambangkan unsur bumi, dan purnama di bulan ke-10 merupakan bulan turun yang mewakili unsur kemanusiaan. Oleh sebab itu di setiap purnama di 3 waktu itu harus memasang lampion. Maksudnya untuk menghormati ketiga unsur terpenting itu.

Seiring dengan perkembangan jaman, Yuan Xiaojie mengalami perubahan. Pada dinasti Han cukup menggantung lampion selama 1 hari, masuk dinasti Tang diperpanjang menjadi 3 hari, kemudian pada dinasti Song menjadi 5 hari, sampai masuk dinasti Ming pemasangan lampion dimulai sejak hari ke-8 (lunar calendar) sampai hari ke-17 (10 hari). Beragam bentuk lampion digantung di setiap sudut kota maupun rumah-rumah penduduk. Tidak hanya lampion, berbagai kegiatan lain pun diselenggarakan. Bahkan pada dinasti Qing ditambah dengan tarian Naga, Barongsai, dan kegiatan lainnya. Jadilah hari raya ini semakin meriah.


Yang paling menarik dan paling ditunggu-tunggu muda-mudi adalah acara tebak-tebakan. Setiap orang membawa satu lampion dan di lampion itu sudah ditempeli dengan kertas yang berisi teka-teki (biasanya 4 huruf). Yang wanita memberikan tebakan kepada yang pria dan sebaliknya. Kalau masing-masing bisa menebak dengan benar, bisa langsung nge-date lho. Maksudnya untuk mencari pasangan yang tingkat kepintarannya seperti yang diinginkan si pemilik teka-teki.

Mengenai tradisi makan ronde, tak lain untuk melambangkan berkumpulnya seluruh anggota keluarga. Pada Yuan Xiaojie ini semua berkumpul di rumah yang tertua untuk makan ronde yang disebut ‘tangtuan’ (汤团), ‘tang’ artinya soup, sedangkan
‘tuan’ artinya berkumpul. Jadi, Yuan Xiaojie juga sangat penting karena dengan adanya hari besar ini, meski berada jauh dari sanak keluarga, diusahakan untuk pulang, berkumpul bersama.

Ah…Yuan Xiaojie kali ini, saya juga tidak bisa berkumpul bersama keluarga. Seperti syair karya Wang Wei (Tang Dinasty):
独在异乡为异客,每逢佳节倍思亲。
遥知兄弟登高处, 遍插茱萸少一人。

Terjemahan:
Sendiri di kampung orang merasa asing,
setiap tiba hari raya rindunya berlipat ganda.
Ingin tau saudara yang jauh naiklah ke tempat yang tinggi,
memetik daun obat (Cornus officinalis) kekurangan seseorang.

Cap Go Meh di Indonesia

Itu tadi merupakan versi asli asal usul tradisi perayaan hari ke 15 setelah Tahun Baru Imlek. Sementara kata Imlek sendiri merupakan dialek Hokkian yang artinya adalah Lunar Calendar, yaitu penanggalan berdasarkan perputaran bulan di alam semesta. Jika di tahun masehi ada tahun kabisat, di penanggalan Imlek ada yang namanya “bulan ke 13” alias “lun gwee” (juga dalam dialek Hokkian, yang artinya kurang lebih “pembulatan”).


Kalender lunar yang mendasarkan perhitungan atas gerakan bulan cuma punya 29.5 hari dalam 1 bulan atau 354 hari dalam setahun. Sedangkan pergerakan matahari adalah 365.25 hari dalam setahun. Sehingga ada beda 11.25 hari antara setahun kalender lunar dengan kalender matahari. Lun-gwee kemudian ditambahkan ke dalam tahun Imlek untuk sinkronisasi perhitungan atas pergerakan bulan dengan pergerakan matahari itu. Berdasarkan perhitungan, maka ada 7 bulan kabisat yang perlu ditambahkan dalam periode 19 tahun Imlek. Untuk lebih lengkapnya bagi yang tertarik dengan perhitungan ini silakan visit ke link yang iccsg.wordpress.com itu di bawah.

Sebutan Cap Go Meh sendiri lebih dikenal di Indonesia daripada di tempat mana pun di dunia. Cap Go Meh sendiri sebenarnya adalah penamaan yang salah kaprah yang mungkin sudah beratus tahun sehingga menjadi benar karena tradisi. Cap go meh artinya adalah “malam ke 15” yaitu tanggal 15 bulan pertama, yang disebut dalam dialek Hokkian “cia gwee cap go”. Perayaan ini merupakan puncak perayaan sekaligus penutup dari serangkaian perayaan Imlek. Di Indonesia sendiri, sejak dulu kalo orang lebih kenal dengan sebutan Cap Go Meh daripada sebutan lain walaupun dalam versi aslinya.

Perayaan Cap Go Meh di kota-kota besar di Indonesia kembali marak sejak era keterbukaan 10 tahun belakangan ini. Perayaan Cap Go Meh pernah mencapai masa keemasan yang dirayakan segenap lapisan masyarakat, suku dan agama terjadi di tahun 1950-1960. Menurut penuturan Papa saya, perayaan Cap Go Meh di Semarang selalu meriah dan merupakan saat yang dinanti-nanti semua orang. Arak-arakan dari berbagai kelenteng di daerah Pecinan, akan memenuhi jalanan, beriringan dengan kemeriahan suara mercon alias petasan, tabuhan khas atraksi barongsai dan naga, berbaur menyatu di mana-mana.

Masing-masing kota di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing dalam merayakan Cap Go Meh ini. Di Jawa terutama, dikenal dengan menyajikan hidangan khas lontong cap go meh. Sementara di Kalimantan, mungkin Night dan Meazza sendiri bisa menceritakan lebih detail. Di Medan juga lain lagi, sembahyang di kelenteng mendominasi kegiatan di malam Cap Go Meh ini.

Jejak langkah imigran pertama dari China diperkirakan hampir sama tuanya di Nusantara ini, tapi jejak langkah aktifitas dan peninggalan orang Tionghoa di Indonesia, diperkirakan di kisaran tahun 1400’an. Laksamana Cheng Ho yang membawa pasukan perdamaian menurut catatan sejarah singgah ke berbagai kota di Indonesia ada sebanyak 7 kali. Referensi mulai dari yang ilmiah oleh Gevin Menziez: 1421 The Year China Discovered The World, sampai yang fiksi sejarah Remy Sylado: Sam Po Kong, menunjukkan bahwa asimilasi pendatang dan penduduk asli sudah berjalan dengan mulus tanpa adanya paksaan, tanpa adanya “program pembauran”, tanpa adanya politik dsb.

Perayaan Imlek mulai dikenal penduduk setempat, yang jelas merasa sebagai sesuatu yang benar-benar baru, aneh, dan menyenangkan. Adaptasi berjalan dengan cepat. Selayaknya pendatang, mereka juga memperkenalkan segala jenis budaya, pengajaran, makanan, dan pengetahuan lain seiring dengan pembelajaran mereka sendiri dengan kebiasaan setempat. Termasuk rangkaian dalam setahun menurut penanggalan Imlek diperkenalkan dan disesuaikan dengan kebiasaan penduduk setempat. Mulai dari hari pertama Sincia atau Imlek, yang aslinya dari China adalah perayaan menyambut musim semi (春节), tapi karena di negeri tropis yang tidak akan pernah mengalami “winter”, nama chun jie (baca: juen cie, menyambut musim semi) tidak pernah dikenal dalam menyebut perayaan Tahun Baru Imlek. Yang dikenal adalah “Imlek” atau “Sincia”. Demikian juga dengan penutup rangkaian perayaan tahun baru Imlek ini yang di tempat asalnya disebut dengan Yuan Xiao Jie (元宵节, baca: yuen siau cie) tidak pernah dikenal di Indonesia, karena pemaknaan yang sedikit berbeda, apalagi tidak akan pernah dikenal dengan nama Shang Yuan Jie (上元节, baca: shang yuen cie). Untuk menyederhanakan sebutan, di kemudian hari kemudian disebut dengan Cap Go Meh, yang diambil dari dialek Hokkian, yang artinya “malam ke 15” alias malam bulan purnama menurut penanggalan Imlek. Sederhana, gampang diingat dan mudah dipahami oleh semua orang, dibanding dengan sarat dan dalamnya makna serta cerita di belakang nama “resmi” Yuan Xiao Jie.

Demikian sejarah singkat gabungan dari versi asli dari negeri asalnya, dan reka-reka berdasarkan analisa pribadi, beberapa referensi, baik yang ilmiah maupun fiksi ilmiah. Tulisan ini akan bersambung dengan rangkaian penutup perayaan Imlek di Indonesia yaitu tulisan tentang Asal Usul Lontong Cap Go Meh.

Terima kasih sudah membaca tulisan kolaborasi serta memelototi foto-foto kolaborasi juga.

Terima kasih Mamak Presiden Z, KoKiers....

God bless Indonesia....peace...cheers....


Keterangan Foto:
Pohon Harapan (Wishes Tree) by: Lizzie
Lanterns by: Lizzie & Cakrawala Meazza
Kembang Api by: Gandalf The Grey
Lontong Cap Go Meh: Josh Chen


Sumber:
Gevin Menzies: 1421 The Year China Discovered The World, Bantam Press 2003
Remy Sylado: Sam Po Kong, Gramedia Pustaka Utama 2004
Liem Thian Joe: Riwayat Semarang, Hasta Wahana 2004
http://www.china.com.cn/ch-jieri/yuanxiao/2.htm
http://baike.baidu.com/view/104822.htm
http://osdir.com/ml/culture.region.china.budaya-tionghua/2005-08/msg00123.html
http://iccsg.wordpress.com/2006/08/17/lun-gwee-bulan-kabisat-dalam-kalender-imlek/
http://handelstraat.multiply.com/journal
http://rdroege.multiply.com/journal/item/69/LONTONG_CAP_GO_MEH_


Tulisan ini pernah tayang di Kolom Kita (KoKi) di Kompas Komuniti:

Benyamin S, Cap Go Meh & Beijing, I am in Love (China, AS, Libya) tanggal 25 Februari 2008 http://community.kompas.com/index.php?fuseaction=home.detail&id=60860&section=92